21

 Hallo, perkenalankan aku adalah pria berumur 21, dengan jalan hidup yang menurutku biasa saja, tulisan ini aku tulis satu hari sebelum hari ulang tahunku. 16 April 2002 hari yang terlihat spesial dan sempurna, tapi di umur yang ke 21 apakah ini sepesial?

Aku hanya orang biasa yang terkadang menulis di blog ini. pada saat aku menulis ini mungkin, ini masih mungkin sih, aku tidak punya teman untuk curhat lagi haha.

Sekarang hidupku lumayan bermakna dan bahagia tetapi hal yang membuat bermakna dan bahagia itu kadang melelahkan juga. untuk tulisan kali ini mungkin bakal aku ceritakan banyak keinginan ku yang masih belum bisa sepenuhnya tercapai.

Aku harap dengan sedikit reminder dari tulisan ini aku bisa menjadi lebih baik. 

Langsung saja...

Hallo lagi..., aku adalah pria berumur 21 tahun yang merantau ke ujung pulau jawa tanpa membawa apapun. Di pulau ini aku cuma mencari kebahagian yang menurutku akan mudah di dapat. benar saja di pulau ini banyak hal yang baru aku coba. Mulai dari makanan, cara bertahan hidup, menemukan kasih sayang hingga menumpuk masalah. Sebenarnya dari dulu aku adalah seorang anak yang suka berdoa meminta segalanya ke Tuhan, dan ajaibnya rata-rata hal itu terkabul. Pada saat SD saya selalu berdoa agar disukai oleh banyak perempuan, sering mendapat penghargaan dan selalu diperlukan oleh orang lain. karena pada dasarnya aku sangat bodo amat dengan semua hal. Semua doaku di awal dikabulkan oleh Tuhan dengan porsinya sendiri. Saat SMP aku pernah mendapat juara umum, mendapat beasiswa hingga di sukai perempuan. Mulai saat itu aku tau kuasa doa sangat besar. SMP aku berdoa untuk menjadi pemain musik yang sering diingat dan direkrut orang-orang. Lagi-lagi dengab mudahnya Tuhan mendengarkan doaku. Aku melayani Tuhan dengan alat musik sudah sekitar 7 tahun. Musik adalah bagian dari hidupku, seperti yang telah aku doakan, aku sering diajak untuk ikut bermain musik di beberapa acara, mungkin tidak banyak tapi aku tau itu adalah porsi Tuhan untuk mengabulkannya. 

Aku adalah seorang anak yang tidak terlalu banyak tingak dan nakal. kenakalan terbesarku adalah bermain warnet. Iyaps bermain warnet. Bermain warnet sangat di larang oleh orangtuaku. Mulai pada saat ini jiwa ku sedikit terluka atau kalo orang awam bilang "trauma" ini dikarenakan pukulan-pukulan yang selalu diberikan orangtuaku jika ketahuan ke warnet, mulai dari tendangan, pukulan, pijakan, tamparan hingga mata ku yang diberi cabe. Aku tidak tau bermain game di sebuah komputer ternyata sesakit itu. Mulai dari saat itu aku tidak bisa mengatur emosiku, aku suka memukul diri ku sendiri jika sedang emosi menurutku itu salah satu cara melampiaskannya kepala yang sering ku pukul sendiri ternyata mengalihkan kekecewaanku. 

Tidak berjalan lama semua kembali ke keadaan baik-baik saja orangtuaku ternyata menyayangiku dan aku mulai sadar bertambahnya usia. Tapi rasa ingin memukul diri ku di saat kecewa masih ada. 

Masuk ke akhir balik pada saat SMA aku mulai merasakan keseruan duduk di bangku SMA, aku tidak pernah mempunyai teman dekat dan aku merasa tidak pernah puas dengan diriku sendiri, aku sangat suka mencari validasi bahwa aku ini "keren" mulai dari mendekati semua gadis-gadis dan mencari validasi "keren" dari mereka tanpa memikirkan perasaan mereka. Aku juga menjadi orang yang tidak suka direndahkan. Aku juga mulai menjalanin hubungan percintaan tetapi hanya dengan modal "ego" aku hanya menyukai gadis itu sementara dan tidak memikirkan kelanjutan kedepan. Di bangku SMA juga aku menemukan teman-teman yang sangat seru tetapi hanya sekedar teman. Sejak lulus SMA kedekatan kami mulai hilang. Di sini saya sangat sering berada di gereja karena bermain musik atau sekedar bermain bersama teman-teman yang menurutku sangat menyenangkan. Mulai dari nongki hingga malam, bermain game bersama dan masih banyak hal lagi. kebahagian itu semua ternyata tidak berlangsung lama karena ternyata aku hanya menjadi "second friend" atau teman yang diajak ketika aku berada di sana. Aku merasa orang tidak terlalu memikirkanku. Its oke karena memang begini lah hidupku, sendiri, sendiri dan sendiri seperti pada saat aku menulis tulisan ini aku sedang sendiri. 

Sejak lulus SMA kehidupan sangat berebeda, aku mulai merasa semakin sendiri, ditambah covid 19 menyerang dan semua perjuangan ku untuk kuliah terhenti karena adanya penolakan sebanyak 6x dari kampus-kampus yang ku incar. Pada saat itu juga aku putus dengan perempuan yang pernah aku sukai. Aku tidak tau kenapa kehidupan begitu sulit saat itu, setiap orang memang punya titik rendahnya masing-masing tapi pada saat itu memang sesakit itu. Sebelum aku mendapat akar pahit dari kekerasan yang aku terima dari bapak sebenarnya jauh di dalam hatiku sudah dalam tertanam ketakutan dan kepahitan dari ibu. Ibuku mengalami sakit yang selalu hampir setiap hari. Dia selalu mendoktrin otakku dengan keluhan rasa sakitnya dan keinginannya untuk mati. Setiap hari aku mendengar keluhan rasa sakit dan rasa ingin mati dari orang yang satu-satunya paling ku punya dan ku sayangi. Ini berlangsung dari kecil hingga sekarang. ketakutan terus menghantui seperti telingga kita sendiri yang sulit kita lihat tetapi selalu ada dan tidak kemana-mana. Hal ini juga membentuk karakterku.

Sudahlah kita doakan saja yang terbaik. Selanjutnya masa yang sedang aku jalani yaitu kuliah.

Akhirnya setelah setahun belajar agar dapat diterima di salah satu kampus negeri di Jawa timur. "Saya diterima". Hanya kebahagian di awal yang dapat kurasakan (ingat hanya di awal). Aku sampai di pulau Jawa dengan sedikit harapan tetapi banyak pengenalan. Aku baru tau tinggal di kota itu sangat berbeda dengan desa. Di sinilah aku bertahan sekarang.

Seperti biasanya banyak ku doakan dari Tuhan agar aku dapat pada saat kuliah nanti. Aku berdoa dipertemukan seorang perempuan yang mandiri dan menyukai diri ku lebih dulu, kepedean ku yang sangat rendah membuatku berdoa seperti itu agar apapun yang aku kenakan baik di matanya. Aku berdoa untuk karir ku yang sangat ingin aktif di dunia organisasi tanpa merusak perkuliah.

Tuhan memang sangat baik. Kedua hal itu aku dapatkan dengan cara yang tidak tersangka. Aku bertemu seoarang gadis cantik, manis dan mandiri di kelasku. Dia adalah anak yang baik, ramah, penyayang dengan alis yang sedikit. Kami mulai dekat sejak kerja kelompok matakuliah Makro Ekonomi di sebuah cafe. Sebenarnya aku tidak yakin bisa bersanding dengan dia karena pada saat itu dia saja seorang perempuan ini berkuliah menggunakan mobil pribadi dan menyetir sendiri, sedangkan aku motor saja tidak punya. Tetapi karena aku yakin dia menyukaiku, aku mulai pelan-pelan melihat apa yang ada pada dirinya. Dari dia aku banyak belajar arti tidak takut salah, dia mengajariku apa itu "kota" mengajariku banyak hal hingga mengajakku untuk makan makanan yang tidak pernah aku sentuh sama sekali. Dunia perkuliahanku sangat indah bersama dia. Karena dorongan dia juga yang mendorongku untuk ikut dalam dunia organisasi kampus yang luar biasa keren menurutuku pada saat itu. Aku sangat yakin ingin bersama dia terus, terlihat responnya yang tertawa apapun leluconku, kata terimakasih pada saat aku berikan apapun dan kata "rindu" padahal sudah sering ketemu. Kehidupan perkulihanku sangat menyenangkan dengan teman-teman yang baik, pacar cantik, aktivis dan tidak lupa pelajaran. 

Sebelum masuk ke umur 21+ aku mulai banyak masalah yang aku rasa tidak bisa dikatakan masalah tetapi sangat menyakitiku. Rasanya tugas organisasi sudah terlalu banyak yang membuat ku "burnout" tugas perkuliahan dan pelajaran yang mulai tertinggal beberapa. Hobby ku bermian musik yang tidak bisa disalurkan.

Aku merasa penyelamatku hanya Tuhan dan gadisku. Aku merasakan rumah dan kehangatan bersamanya, dia selalu mendukungku, merawatku hingga memberikan segalanya yang dia bisa. Aku sangat mencintainya apapun yang dia lakukan. Aku merasakan rumah besar dengan gerbang yang seperti membelai ku dengan lembut untuk masuk dan beristirahat. 

Tapi terkadang manusia juga punya kekurangan yang lama kelamaan akan kelihatan. Kami mulai sering berebeda pendapat dan mulai berselisih. Menurutku perselisihan kami terkadang tidak perlu dibesar-besarkan tetapi dia merasa itu sangat fatal. Dari perselisihan ini kekuranganku kadang muncul kepermukaan. Aku sering memukul diri sendiri pada saat aku tidak puas dengan penyelesain masalah dengan dia. Dia yang memiliki ego begitu juga dengan aku terkadang tidak ada penyelesaian. Aku tidak tau perasaan nya yang sebenarnya masih sama hingga sekarang kepadaku. tetapi yakinlah jika kamu membaca ini aku sangat menginginkan rumahku kembali. Tulisan ini di tulis satu hari sebelum hari ulang tahunku, tetapi kita malah bertengkar hebat. 

Aku cape, Aku lelah, Aku ingin banyak hal tetapi aku tidak mendapatkan apapun, yang ku tahu hanya jalan pulang dipelukanmu walaupun perut keroncongan dan badan terasa berat "Rumah" akan selalu jadi rumah terbaik. Maaf jika kita sama sama banyak trauma masa lalu yang seakan-akan membuat kita tidak bisa saling paham, Aku berterima kasih untuk semua, dan aku berharap kita selalu bisa bersama. Besok adalah hari spesialku aku harap kau ada di bangku paling depan lalu berteriak bahwa kamu bangga aku adalah pacarmu.

Aku juga berdoa untuk perkuliahanku, organisasi ku yang semakin lama semakin berat saja. Aku harap dari semua itu akan berguna untuk masa depanku, mendapat pekerjaan yang layak di masyarakat maupun di mata Tuhan.

Untuk mamak dan bapak, anakmu tidak boros di sini, dia hanya terkadang ingin makan cake tetapi harus menukarkan kepentingan makannya, aku juga berusaha gak sakit-sakit mamak, bapak motor yang bapak belikan maaf belum bisa dirawat dengan baik. Mamak sama Bapak sehat, murah rezeki di sana doakan aku jadi anak berbakti, cepat lulus, takut akan Tuhan dan selalu bersama "rumah" yang Bapak sama Mamak tau itu. Jangan lagi sakit-sakit Mamak biar gak jadi pikiranku terus. Kadang anakmu ini nangis di sini karena cape karena "rumah"nya lagi pergi sebentar aja. Maafkan kalo banyak larangan Mamak sama Bapak yang aku ingkari tapi aku batasi kok Pak... Mak... 

Aku minta maaf untuk diriku sendiri yang sering aku sakiti, aku paksakan, aku berikan hal yang tidak baik. Semoga tidak terulang begitu parah. Makasih sudah jadi "aku" yang sekarang. Tidak banyak mengeluh, bersyukur dan tidak banyak menuntut.

I love my self, I love my parents, I love my home and I love your blessing to me GOD.

See you "Tahun" yang akan datang semoga masih bisa bertemu


Comments

Popular Posts